GIANYAR, balipuspanews.com– Musibah memang tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi dan tidak pandang bulu untuk menimpa siapa saja. Putu Suardana,50, pernah mengalaminya. Maksud hati ingin memotong kayu di rumahnya, pecahan atau serpihan kecil kayu yang ia potong tersebut terpental hingga mengenai mata kirinya.
Saat itu ia belum menyadari jika serpihan kayu tersebut membawa musibah fatal yang menyebabkan matanya terluka dan mengancam pengelihatannya.
Suardana merasa perih tak tertahankan hingga tidak bisa membuka mata kirinya. Saat itu ia bahkan masih menyangka jika matanya hanya kemasukan debu saja sedangkan serpihan kayu hanya mengenai mata bagian luar saja.
Ia kemudian langsung menghentikan aktivitasnya dan segera memeriksakan matanya ke rumah sakit terdekat untuk memastikan apa yang terjadi.
“Saya ke UGD salah satu rumah sakit pemerintah di Kabupaten Gianyar cuma bawa kartu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Di sana, saya langsung diperiksa dan diberikan obat untuk mengurangi rasa sakitnya. Prosesnya sangat cepat, mungkin karena emergency juga. Waktu itu saya hanya ingat ditanya punya JKN atau tidak, begitu saya mengatakan ada dan statusnya aktif, saya langsung dilayani tanpa berlama-lama lagi,” ungkap Suardana saat ditemui di kediamannya pada Selasa (3/4/2024).
Obat yang diberikan oleh pihak rumah sakit tersebut sifatnya hanya menunda rasa sakit mata dari Suardana, ia disarankan untuk langsung menjalani pengobatan ke rumah sakit khusus mata di Denpasar. Ia kemudian menghubungi puskesmas tempatnya terdaftar untuk mencari rujukan ke rumah sakit yang dimaksud. Berbekal rujukan tersebut, ia diantar keluarganya ke rumah sakit mata di Denpasar.
“Saya takjub dengan pelayanan di rumah sakit mata tersebut, saya dilayani dengan baik oleh dokter mata yang sangat bagus. Saya juga baru tahu jika dokter mata banyak dan berbeda-beda. Ada juga yang khusus kornea. Saya menjalani banyak pemeriksaan dan kemudian disarankan untuk operasi. Mereka menyatakan operasi akan dijamin oleh Program JKN,” ujar warga Desa Dauh Uma Gianyar tersebut.
Tanpa pikir panjang, ia mengambil keputusan untuk mengikuti saran dokter untuk dioperasi. Setelah dipastikan kondisinya benar-benar normal, ia kemudian dibius total dan tim dokter melakukan tugasnya dengan memperbaiki kornea mata kiri Suardana.
Proses tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama dan ia harus menjalani rawat inap selama satu malam. Pasca-operasi tersebut, kondisi mata kirinya belum sepenuhnya normal. Namun jika dibandingkan sebelumnya, kondisi matanya menjadi lebih baik, sakitnya mulai berkurang dan penglihatannya juga lebih baik.
“Saya sangat bersyukur karena proses operasinya berjalan dengan baik dan lancar. Memang kata dokter, mata saya tidak dapat sembuh total karena serpihan kayu telah membuat kornea mata saya bocor dan kemasukan air. Ini yang membuat pengelihatan saya saat ini menjadi kabur. Tapi jika dibandingkan dengan sebelumnya, saya merasa pengelihatan saya sekarang sudah membaik,” katanya.
Pelayanan yang ia dapat tentu saja menjadi pengalaman yang cukup berharga. Ia pun menjadi tahu bagaimana manfaat Program JKN yang selama ini belum pernah ia pakai. Menurut Suardana, kehadiran Program JKN terbukti sangat bermanfaat untuk membantu membiayai pelayanan kesehatan yang mahal.
Di sisi lain, Suardana juga bersyukur karena ia beserta istrinya terdaftar sebagai peserta JKN dari segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang iuran rutin per bulannya dibayarkan oleh pemerintah.
“Jadi kami juga tidak bayar iuran bulanan karena sudah ditanggung oleh pemerintah. Kami bersyukur sekali negara benar-benar terasa hadir membantu masyarakatnya, termasuk saya sekeluarga,” ungkap Suardana. (adv)
Penulis: Gde Candra
Editor: Oka Suryawan
